pernah tahu orang (lawas!) yg awalnya meledek kita tak'kan sanggup bangun rumah/gedung? tiba-tiba datang memberi bantuan secara sukarela (materil, perkakas, tenaga, dsb.) waktu kita sedang membangun rumah padahal kita tidak memintanya. alhasil hanya mengiyakan karena kita kaget dan kagum? orang (lawas!) itu juga memantau hingga rumah kita jadi dan layak dihuni manusia. namun ketika kita kena musibah yg berhubungan dengan rumah & tanah tempat tinggal kita, orang (lawas!) itu datang kembali untuk meminta/mencairkan dana (materil, perkakas, tenaga, dsb.) yg pernah dia berikan itu, dengan segala strategi dari lidah basahnya dan meminta nominal lebih tentunya. alhasil orang (lawas!) itu dapat berkat kita berpedoman legowo, anehnya. karna hanyalah rancu, kalimat-kalimat di atas itu ya aku masih memanusiakan subjek yg (hanya) bernyawa. namun subjektif, sekalipun ada hubungan adam-hawa, mereka kuanggap reptil kusut yg masih dibiarkan lolos begitu saja. sekalipun pasti dikeroyok, aku s
Langsung saja ke poin-nya ya, kenapa harus memaksa estetika lukisan/fotografi ke dalam mendesain logo? Kan sudah ada sistem grid. Bukan maksud mencela mereka atau kalian yang kekeh menganggap Golden Ratio / Fibonacci Spiral itu harus ada untuk logo di era sekarang, cuma mau mengutarakan pendapat pribadi yang juga didukung oleh teori dari ahli di bidang desain logo. Sumber: dokumen pribadi, aplikasi CorelDraw2020